- Home>
- Fanfiction >
- There Will Be Love There
Posted by : Unknown
Rabu, 23 Agustus 2017
Fanfiction SasuSaku
Disclaimer: Naruto by Masashi
Kishimoto
.
.
There Will Be Love There
.
.
Enjoy~
Sakura...
Kau tahu betapa inginnya aku
mengulang kembali hidup. Aku tak ingin apapun selain selalu berada di sisimu.
Namun sekali lagi keajaiban tak akan datang pada pendosa sepertiku.
Masih dengan cara yang sama, hari
demi hari aku teringat padamu. Hanya ada pertengkaran setiap kali kita bertemu
dan kau selalu melimpahkan semua kesalahan padaku dan dengan bodoh aku
menerimanya. Rasa takut atas genangan di pelupuk matamu membuat semua yang kau
katakan adalah kebenaran mutlak untukku.
Di gang-gang belakang di seberang
rumah, selalu kudapati kau terduduk dengan telapak tangan memerah akibat boneka
salju yang tak kunjung terbentuk. Kau tidak pernah ingin memakai sarung tangan,
bagimu itu hal yang tidak alami dan kau menyukai itu. merepotkanku untuk
menarik paksamu masuk ke rumah. Kemudian ceramah singkatku tak kau pedulikan,
kau menarik diri, menolak untuk berdekatan denganku dan memilih menatap miris
jendela kaca kemudian mengatakan “Aku belum selesai Sasuke-kun”. Aku harusnya
tidak menghentikanmu, harusnya aku ikut menemanimu menyelesaikan boneka salju
itu. karena sekarang penyesalanku tertinggal pada boneka salju yang tak kunjung
selesai bahkan tak pernah terbentuk lagi.
Kau marah besar saat mengetahui ada
pohon pir yang kutanam di taman kecil belakang rumah. Tapi bukannya
menceramahiku ataupun mencabut pohon pir itu, kau malah mendatangi Naruto dan
memakinya karena telah memberiku pir yang jika tumbuh akan mengabil banyak tempat.
Benar katamu, pohon pir itu tumbuh besar dan taman kecil kita semakin sempit
sekarang. Sungguh aku ingin kau melihatnya.
Di jendela, ke jalan kecil taman
belakang. Aku bersembunyi memakan roti selai sisa makan malam. Bagaimanapun
sempurnanya aku menghilangkan aroma dan tanda-tanda keberadan roti di tubuhku,
kau akan tetap tahu. Remah roti yang tertinggal di kerah baju memberiku hukuman
untuk tak merasakan kehangatanmu semalaman. Kukira itu adalah hukuman terberat
di sepanjang hidupku. Tapi sekarang kau memberiku lebih dari hukuman terberat.
Sakuraa..
Perempuan egois, kau selalu saja melakukan
apapun sesuka hatimu dan itu membuatku jatuh untuk menyukaimu. Bahkan mencintaimu
dan memberiku keberanian untuk mengubahmu dan menjadikanmu bagian dariku. Aku
masih mengingat jelas setelah mengucap janji kita kepada Tuhan. Dengan senyum
lebarmu, kau menatapku memberi cerminan kehidupanku di masa depan. Kukira itu
adalah kebahagiaan, kukira itu adalah bukti kita terhubung. Tapi kilatan
sekejab matamu adalah tanda bahwa aliran waktu tanpa ampun akan membawamu
pergi.
Kau memberiku kenangan yang indah
untuk dikenang bersama. Tapi akan jadi menyakitkan jika kau tidak di sini.
Bersamaku. Banyak yang kau ajarkan padaku. Salah satunya adalah mengatasi rasa
takut akan kehilangan. Aku berbohong untuk tidak takut saat melihat darah di
kedua kakimu. Aku berbohong untuk tidak takut saat merasakan cengkraman
tanganmu di dadaku. Aku berbohong untuk tidak takut saat mendengar kabar bahwa
anak kita akan lahir tidak pada waktunya. Aku berbohong untuk tidak takut saat
mendengar jeritan dan teriakan kesakitanmu mu di telingaku. Aku berbohong untuk
tidak takut saat genggaman erat tangamu padaku beruba kebas. Bahkan aku
berbohong atas anggukanku ketika kau menyuruhku untuk tidak takut.
Sakura...
Untuk sekali saja aku ingin kau
membuka mata dan melihat betapa cantiknya anak kita. Untuk sekali saja aku
ingin kau memberinya kebahagiaan, akan sulit jika hanya aku sendiri, bukankah
kau mengatakan jika kita bersama semuanya akan mudah. Dan untuk sekali saja
tolong ajarkan kembali padaku bagaimana cara mengatasi ketakutan. Aku ingin kau
tahu betapa aku kesulitan.
Sakura...
Aku
rela melewati berbagai penderitaan asal aku bisa bertemu denganmu sekali lagi.
Satu kesempatan lagi, beri aku satu kesempatan lagi untuk memelukmu erat. Ada
kekosongan yang menganga ketika aku bangun di pagi hari dan kau sudah tidak ada
di sebelahku. Kau tahu di musim dingin
kota semakin terang, seperti orang gila aku mengitarai gang-gang belakang rumah
mencarimu dengan boneka saljumu namun hasilnya hanya jejak kakiku yang
tertinggal di sana. Aku selalu mencari sosokmu muncul di suatu tempat meskipun
aku tahu kau tak mungkin berada di sana.
Sakura...
Mulai
sekarang akan jadi seperti apa hidupku? Tak peduli seberapa banyak dari
keinginanku yang menjadi kenyataan. Tak ada yang lebih penting darimu. Meski
musim berganti aku tetap di sini Sakura. Tidak ada kenangan karena aku tidak
akan merubahmu menjadi kenangan. Kau akan tetap di sini bersamaku. Meskipun
kata “Mencintaimu” tak pernah terucap lagi, tapi aku dan juga kau tahu akan
lebih dari sekadar kata cinta untuk mewujudkan kita.
Sakura...
Meski menyakitkan, aku akan tetap
membuat anak kita melangkah maju. Kupastikan aku akan membawanya menuju mimpi
yang kulihat bersamamu. Akan kuceritakan bagaimana luar biasanya dirimu. Akan
kutunjukkan bahwa impian yang disebut kebahagiaan dapat menjadi nyata. Jika
anak kita kembali bertanya maka jawabannya adalah kau dan aku adalah
kebahagiaan yang nyata.
Sakura...
Aku tahu kita berpisah. Seberapa
jauhpun kita berpisah. Akan kubisikan kepada langit dan tanah untuk menghalau
angin agar menyampaikan pesanku padamu. Aku akan hidup pada pagi yang baru melewati
masa untuk kembali menggapaimu. Di malam hari aku akan kembali menangis karena
dengan jelas kurasakan kehangatanmu tak pernah meninggalkanku.
.
Sakura, waktu berubah dan terus
bergulir. Aku menua termakan zaman. Aku heran kenapa dewa kematian tak kunjung
mempersatukan kita. Rasanya begitu lama aku menunggu. Tanganku kini kurus dan
keriput Sakura...
“Tangan Sasuke-kun begitu besar dan
nyaman!”
Hahhh jangan membuat lelucon bodoh!
Aku akan malu jika bertemu denganmu dengan kondisi tua renta tak berdaya
seperti sekarang.
“Kau masih tetap lelaki tertampan
di dunia!”
Aku tahu kau menertawai rambut
putihku ini. Baguslah tak ada ejekan untuk gaya rambut pantat ayam dari
mulutmu.
“Sasuke-kun, kau menjadi ayah yang
hebat!”
Kali ini ucapanmu benar Sakura.
Sarada kita tumbuh dengan baik, dia cantik sepertimu.
“Kuharap dia juga mendapatkan
lelaki hebat sepertimu.”
Hahahaa, menantumu itu sedikit
bodoh Sakura. Kau ingat Naruto, untung tidak semua sifatnya menurun pada anak
itu.
“Kita punya banyak cucu.”
Cuma dua, kau jangan berlebihan
“Hemmm, kita akan segera punya cucu
lagi”
Kau tidak pernah berubah.
“Apa impian kita nyata sekarang?”
Tentu, asal kau tetap bersamaku.
“Kau tahu, sedetikupun aku tidak
pernah meninggalkanmu.”
Decitan kursi tua yang usang
mengantar kehangatanmu kembali padaku. Saat fajar kenangan musim dingin mengelilingi
detak jantungku yang tiba-tiba menghilang.
.
.
“Ya ampun Sakura! Lihat tanganmu!!”
“Bisakah kau tidak menggangguku
sebentar saja!”
“Kenapa kau tidak memakai sarung
tanganmu?”
“Aku tidak membutuhkannya.”
“SAKURA!!”
“Diamlah dan bantu aku saja.”
“Memangnya apa yang kau buat! Aku
tidak bisa melihat bentuknya.”
“Impian kita. Ada cinta kau dan aku
di sini.”
“Ayo kita
selesaikan.”
FIN