- Home>
- Fanfiction >
- 10 Tahun Setelah Aku Mati
Posted by : Unknown
Rabu, 23 Agustus 2017
Fanfiction SasuSaku
Disclaimer: Naruto by Masashi
Kishimoto
.
.
10 Tahun Setelah Aku Mati
.
.
Enjoy~
.
Aku meneteskan air mata dengan
kelemahan gadis biasa. Di sini, di waktu sebelum fajar. Kubiarkan tubuhku
tergerogoti hawa dingin hingga ke ubun-ubun. Perasaan cinta yang tak berujung
hingga aku tak bisa mengungkapkan bahkan mengekspresikannyapun aku tak mampu.
Perasaan itu yang membuatku tetap diam tak beranjak dari sini dan cinta itu
pula yang memberi banyak kenangan dengan perasaan remuk redam yang tak pernah
meninggalkan raga ini. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar Sasuke. Sepuluh
tahun kau mengajarkanku terbiasa membunuh rasa sakit ini.
.
Suatu
saat, manusia akan saling meninggalkan, berjalan sendiri dan hidup dalam
kenangan. Aku menyesali masa lalu dan berharap masa depan tidak akan pernah
datang. Masa depan yang mengantarku untuk berjalan sendiri dengan kenanganmu
disetiap tarik dan hembusan nafasku.
Dulu,
jauh sebelum ikatan sakral membelenggu dan menyatukan kita. Aku selalu
berpura-pura tak menyadari debaran di hatiku. Tanpa kusadari membuatku terbiasa
dengan senyuman palsu. Tentu saja, aku menyukaimu bahkan sangat banyak! Hingga
aku lebih memilih menyembunyikannya. Jangan bertanya mengapa padaku,
bertanyalah pada mereka yang mengelilimu dengan paras sempurna tanpa cacat. Aku
melemparkan jauh diriku ke sisi lain dunia hingga kau tak menyadarinya, kurasa.
Tapi
tingkah konyolku malah membuatmu semakin dekat. Aku mundur dan kau
menghampiriku. Kau mulai memangkas jarak, aku memperlebarnya. Ancaman demi
ancaman kuterima semenjak kau menatapku dengan pandangan berbeda dari mereka
yang dianugrahi paras sempurna tanpa cacat. Yang kulakukan selanjutnya adalah
menjadi pengecut, mengubah haluan perasaanku dan menyayangimu dengan cara yang
lain.
Sahabat.
Kuresmikan hubungan kita sebagai tali persahabatan dengan linangan air mata tak
terbendung saat kau mengatakan cinta padaku. Kau memelukku erat setelahnya.
Dekapan itu memberiku kehangatan, seakan menyempurnakan cinta yang selalu
kurasakan di setiap helaan nafas kepura-puraanku. Aku tak sanggup mengelak
bahwa akupun bisa merasakan betapa paripurnanya cinta yang menyeruak keluar
dari setiap bahasa tubuh lelaki kelam yang memelukku ini.
“Aku
juga mencintaimu! Sangat.” Ujarku dalam hati, hari itu aku menyadari. Hidupku
tak bisa lagi kupisahkan darinya.
Aku
membawanya ke sisi lain dunia tempatku bersembunyi. Membawanya pada kehidupan
kelam yang jauh dari sempurna, membuat getaran hebat di bahuku atas rasa takut
kau akan pergi. Tapi kau tetap memberi senyum dan dengan tegas mengatakan
“Karena karakter dan sifat itu ada sampai tua, tapi kalau fisik pasti akan
terdegradasi seiring berjalannya waktu”. Perasaanku kian membuncah, malam itu
kau memelukku dengan air mata yang sama denganku. Orang-orang mengatakan,
percintaan anak remaja itu adalah obsesi, hanya menginginkan pasangan untuk
menaikkan gengsi. Tapi tidak dengan kau dan aku.
Pagi
hari yang dingin kau mengajakku menemui kejutan rahasia yang untuk kesekian
kalinya pada minggu itu. Ketahuilah, andai saja aku tahu lebih dulu maka akan
kubiarkan rahasia itu tetap menjadi misteri. Andai saja aku tahu lebih dulu
maka aku tidak akan pernah berpura-pura tentang perasaanku dulu. Andai saja aku
tahu lebih dulu maka aku akan mencintaimu lebih.. lebih.. dan lebih lagi. Andai
saja aku tahu lebih dulu maka aku akan memilih untuk mengubur perasaanku dari
pada harus mengorbankanmu untuk kehidupanku.
Bus
yang mengantarkan kita ke tempat rahasia pilihannya memiliki rem dengan kondisi
yang tidak baik. Aku memilih menyebutnya kutukan. Bus itu melaju kencang, menabrak beberapa
mobil, terguling, hingga berhenti ketika
menabrak bangunan besar yang entah aku tidak peduli lagi. Yang kurasakan
adalah goncangan hebat pada tubuhku dan dekapan hangat yang begitu familiar.
“Sakura
menikahlah denganku...”
Perutku
terasa kram. Sasuke, lelaki yang begitu kucintai sepenuh hatiku, menindihku.
Dengan likuid merah kental menetes dari kepala dan mulutnya. Telingaku
berdengung mendengar ucapannya. Dadaku sesak. Sebuah luapan emosi yang menuntut dikeluarkan dari dalam tubuhku.
Aku ingin marah, berontak dan berteriak sekeras-kerasnya. Namun yang keluar
adalah airmata di kedua sisi mataku.
Sasuke
memberiku senyuman. Seketika tanpa sadar aku mengangguk. Kurasakan gerakan pada
jemariku. Sasuke melingkarkan cincin dengan hiasan likuid merah disana. Tepat
di jari manisku. Aku ingin waktu berhenti, kumohon, kumohon, kumohon!
Kuraih
wajah tampan pujaan wanita yang hanya berjarak beberapa inci dariku. Mengecup
bibirnya sebagai penegasan jawaban atas apa yang diutarakannya. Tak kupedulikan
rasa dan bau amis anyir darah, yang kupunya adalah cinta yang tak akan pernah
kucukupkan untuk lelaki ini. Kecupan itu tak pernah aku lepaskan hingga beban
ditubuhku mulai terasa. Aku memeluknya, merasakan punggung kokoh dengan
beberapa serpihan kaca menancap di sana. Hatiku hancur menyadari serpihan kaca
itu harusnya mengenaiku. Aku terus memanggilnya dalam hatiku, menyuruhnya untuk
tetap tinggal bersamaku, walau tak ada jawaban aku akan tetap meneriakkan
namanya. Uchiha Sasuke!
Kubuka
mataku, namun tak ada sambutan dari jelaga kelam itu lagi. Detak itu
meninggalkanku, nafas hangat itu mengambang hilang entah kemana. Tanpa sadar
kueratkan dekapanku, hingga serpihan kaca dipunggungnya melukai lengan dan
jariku. Telapak kakiku terasa dingin oleh udara luar. Bibirku mengatup melepas
kecupan dan menahan gejolah aneh yang memenuhi kerongkonganku. Dan untuk
pertama kalinya dalam rangkaian titik terendah dalam hidupku aku merasa hancur,
sangat takut dan tak berdaya secara bersamaan.
Baca juga: There Will Be Love There
Baca juga: There Will Be Love There
Hari
itu kupatentan jiwa dan ragaku untuk dia yang telah meninggalkanku sendiri
dengan kenangannya. Jika pada akhirnya aku mampu melupakan lelaki itu, kurasa
hidup akan jauh lebih mudah. Tapi bukankah hidup adalah untuk menghadapi
masalah, jadi aku tidak akan pernah melupakan perasaan yang ditinggalkan lelaki
itu, aku tidak akan menjadi pengecut dengan kembali melarikan diri. Sasuke
memberikan kehidupannya padaku, dan aku akan menghabiskan sisa kehidupan ini
untuk mengenangnya.
Aku
mencoba beberapa kali melukiskan masa depan yang penuh dengan harapan, namun
dengan sendirinya lukisan itu memudar. Kutatap langit yang menyingsing fajar.
Fajar yang mengantar masa depan baru bagi mereka yang tidak berada dalam
duniaku. Meskipun tangan yang selalu bergenggaman erat denganmu sudah
ditakdirkan untuk berpisah aku akan terus menjaganya agar tetap terhubung.
“Jika
saja aku dapat mendekat pada jarak kecil dan tak tersentuh yang memisahkan kita
berdua, aku akan selalu di jarak itu, walau kecil Sasuke....”
“Terima
kasih, untuk sepuluh tahun bersamaku Sakura.”
.
.